Minggu, 03 Desember 2017

STRUKTUR JIWA DAN DINAMIKA KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI ISLAM


A.    Kepribadian Islam dalam Prespektif Psikologis
Dalam kajian psikologi secara umum terdapat ketertarikan psikologi dengan syakhsiyah (personality) atau kepribadian. Kajian Islam klasik, tidak menggunakan syakhsiyah dalam mengungkapkan kepribadian yang Islami yakni dengan akhlak. Pemikira al-Ghazali dan Ibnu Maskawaih mengungkapkan keterkaitan akhlak dengan syakhsiyah hanya memiliki perbedaan syakhsiyah dalam psikologi berkaitan dengan perilaku yang didevaluasi, sedangkan akhlak berkaitan dengan tingkah laku yang dievaluasi. Dapat dipahami syakhsiyah Islamiyyah bisa dikatakan dengan istilah akhlak. Kepribadian Islam selain mendiskripsikan tingkah laku seseorang juga meniali baik dan buruknya.
B.     Struktur dalam Wacana Psikologi Islam
Bericara struktur manusia tidak bisa lepas dengan substansi manusia, pada umumnya terbagi menjadi dua substansi yakni manusia atas jasad dan ruh. Masing-masing berlawanan tapi saling membutuhkan satu sama lain. Karena saling membutuhkan antara keduanya dan kedua natur yang berbeda maka perantara keduanya disebut nafs.
1.      Subtansi Jasmani
Jasad (jisim) aldah substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme manusia lebih sempurna dibanding dengan makhluk lain. Setiap makhluk mempunyai sumber unsur yang sama yakni tanah, api, air, dan angin. Empat sumber tersebut akan hidup jika diberi energi kehiupan yang bersifat fisik yang disebut dengan nyawa. Ruh bersifat substansi (jauhar) sedangkan nyawa merupakan sesuatu yang baru (‘aradl) yang juga dimiliki hewan.

Menurut ikhwan as-Shafa menyatakan bahwa jasmani komponen natur inderawi, empirik, dan dapat disifati. Yang terstruktur dari dua substansi yang sederhana dan berakal, yaitu hayula  dan shurah. Substansinya sebenarnya mati kehidupannya bersifat ‘ardl karena berdampingan dengan nafs. Yang bertugas menjadikannya bergerak dan memberi daya dan tanda. Jisim manusia natur buruk yang disebabkan oleh 1) ia penjara bagi ruh 2) mengganggu kesibukan ruh untuk beribadah kepada Allah Swt 3) jasad tidak mampu mencapai makrifat Allah.
2.      Substansi Ruhani
Ruh merupakan substansi psikis menusia yang menjadi esensi kehidupannya. Ruh bersifat halus (jism lathif) dalam terminologi psikologi ruh berbeda dengan spirit karena ruh memiliki arti jauhar sedangkan spirit bersifat ‘aradl (accident). Ruh memiliki natur tersendiri, menurut al-Ghazali ruh merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang bersifat ruhani, ia dapat berpikir, mengingat, mengetahui, dan sebagainya. Ia juga sebagai penggerak jasad manusia sifatnya gaib.
Fitrah ruh tidak dibatasi dengan ruang dan waktu. Dapat keluar masuktubuh manusia dan hidup sebelum tubuh manusia ada. Ketika manusia sudah dalam kandungan umur empat bulan malaikat akan meniupkan tuh dalam jasad manusia, setelah itu ruh berubah menjadi nafs (gabungan antara tuh dan jasad).
Pembahasan tentang ruh terbagi menjadi dua bagian pertama ruh yang berhubungan dengan zatnya sendiri, yang disebut dengan munazzalah. Berkaitan dengan asli ruh yang diturunkan dari zat Allah yang esensinya tidak akan pernah berubah yang turun dengan sebutan amanah (dengan membawa kepercayaan atau keimanan dari Allah Swt); kedua ruh yang berhubungan dengan badan jasmani disebut ruh al-gharizah atau disebut dengan nafsaniah.
3.      Substansi Nafsani
Nafs mempunyai banyak pengertian berarti soul, nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadab, kepribadian, substansi psikofisik manusia. Pada substansi nafs ini, komponen jasad dan ruh bergabung. Aktualisasi nafs membentuk kepribadian, yang perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Natur nafsani antara baik dan buruk, halus dan kasar, dan mengejar. Selain itu, nafsani terikat dan tidak antara ruang dan waktu. Ia subsansi antara abadi dan temporer. Substansi nafs emmeiliki potensi gharizah yang dikaitkan dengan potensi jasad dan ruh maka dapat dibagi menjadi tiga bagian 1) al-Qalb yang berhubungan dengan rasa dan emosi; 2) al-aql yang berhubungan denagn cipta dan kognisi; dan 3) daya al-nafs yang berhubungan dengan karsa dan konasi; yang dijelaskan sebagai berikut
a.       Kalbu
Kalbu (qalbu) merupakan organik yang memiliki sistem kognisi yang berdaya emosi. Menurut al-Ghazali, kalbu terbagi menjadi dua aspek yakni kalbu jasmani dan kalbu ruhani. Kalbu adalah daging sanubari yang terbentuk seperti jantung pisang yang terletak di dalam dada bagian kiri yang lazimnya disebut dengan jatung (heart). Sedangkan kalbu ruhani yang berhubungan denagn kalbu jasmani yang menjadi esensi manusia.
Al-Ghazali berpendapat bahwa kalbu memiliki insting yang disebut al-nur al-ilahiy (cahaya ketuhanan) dan al-bashirah al-bathiniyah (mata batin) yang memancarkan keyakinan. Kalbu ruhani bagian esensi dari nafs manusia. yang berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali struktur nafs yang lain. Apabila kalbu berfungsi normal maka kehidupan manusia akan menjadi baik dan sesuai dengan fitrah manusia yang aslinya.
Menurut sufi, kalbu merupakan sesuatu yang bersifat halus dan rabbani yang mampu mencapai hakikat sesuatu. Kalbu memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) melalui daya cita-rasa (al-zawqiyyah). Kalbu mendapat puncak pengetahuan apabila manusia telah mensucikan dirinya dan mengahsilakn ilham (bisikan suci dari Allah Swt.) dan kasyf  (terbuka dinding yang mengahalangi kalbu).
b.      Akal
Akal secara bahasa berarti al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan), al-nahy (melarang), dan man’u (mencegah). Orang yang berakal adalah orang yang mampu mengikat dan menahan hawa nafsu, jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitas mampu bereksistensi.
Secara jasmani, akal bertempat dalam otak manusia (al-dimagh) yang memiliki cahaya nurani dan dipersiapkan dan mampu memperoleh pengetahuan (al-ma’rifah) dan kognisi (al-mudrikah). Akal dapat memperoleh, menyimpan, dan mengeluarkan pengetahuan. Akal berpotensi fitriah yang memiliki daya-daya pembeda antara hal-hal yang baik dan buruk.
Akal secara psikologis memiliki fungsi kognisi (daya cipta). Kognisi adalah suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengalaman kognisi, mencakup mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan pendapat, mengasumsikan, berimajinasi, memprediksi, berpikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai. Akal pada puncaknya kemampuan mencapai pemahaman abstrak dan akal mustafad, yaitu mampu menerima limpahan pengetahuan dari Allah Swt. melalui akal Fa’al (malaikat jibril).
c.       Nafsu
Nafsu adalah daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadabiyah dan al-syahwatiyah. al-Ghadab adalah suatu daya yang berpotensi untuk menghindari diri dari segala yang membahayakan, menurut psikoanalisa al-ghadab berarti defense (pertahanan, pembelaan, dan penjagaan). al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksikan diri dari segala yang menyenangkan.
Prinsip kerja nafsu mengikuti prinsip kenikmatan dan berusaha mengumbar impuls-implus primitifnya. Dalam pandangan psikologis nafsu memiliki makna konasi (daya karsa), konasi (kemauan) adalah bereaksi, berbuat, berusaha, berkehendak, berkemauan. Nafsu menunjukkan struktur bawah-sadar dari kepribadian manusia. Apabila manusia mengumbar dominasi nafsunya maka kepribadiannya tidak akan mampu bereksistensi, baik di dunia dan di akhirat.
C.     Dinamika Kepribadian
Kepribadian menurut psikologi Islam berdasarkan yang sudah diungkapkan sebelumnya “integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbukan tingkah laku”. Sedangkan menurut fungsinya kepribadian merupakan integrasi dari daya emosi, kognisi, dan konasi yang terwujud dalam tingkah laku luar (berjalan, berbicara, dan sebagainya) dan tingkah laku dalam (pikiran, perasaan dan sebagainya). Ketiga komponen tersebut saling mengisi akan tetapi diantara terjadi dominasi dari komponen lain. Dalam kondisi khusus antar komponen saling berlawanan, tarik-menarik, dan saling mendominasi untuk bentuk suatu tingkah laku.
Dalam interaksi dalam kepribadian seseorang, kalbu memiliki kondisi dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian, darinya diri teraktualisasi positif maupun negatif. Kalbu menjadi penegndali dalam diri manusia dan akan mempertanggung jawabkannya secara langsung kelak di akhirat oleh Allah Swt. ketika kalbu dikendalikan oleh komponen lain yang lebih rendah kedudukannya maka kalbu akan sering berubah-ubah atau tidak stabil.
Macam-macam kepribadian dalam psikologi Islam, sebagai berikut
1.      Kepribadian Ammarah
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasada dan mengejar prinsip-prinsip kenikmatan, yang bersemayam di bawah-sadar manusia. keberadaanya ditentukan oleh dua daya, 1) daya syahwat yang selalu menyalurkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu, dan campur tangan urusan orang lain, dna sebagainya; 2) daya ghadzab yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai yang lain, keras kepala, sombong, angkuh, dan sebagainya.
2.      Kepribadian Lawwamah
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu ia ingin bangkit memperbaiki kebimbangannya antara dua hal. Kepribadian ini didominasi oleh akal manusia, yang bersifat rasionalistik dan realistik membawa manusia ke tingkat kesadaran. Ibnu Qayyim membagi kepribadian lawwamah dengan dua bagian 1) kepribadian lawwamah malumah yakni kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim; 2) kepribadian lawwamah ghayr malumah yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
3.      Kepribadian Mutmainnah

Kepribadian mutmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempuranaan kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Tingkatan kesadaran kepribadian mutmainnah tingkat kesadaran atas-sadar atau supra-sadar manusia. dinamakan dengan mutmainnah karena kepribadian yang tenang menerima keyakinan fitrah. Keyakinan fitriah adalah keyakinan yang dihujamkan pada ruh manusia di alam arwah dan kemudian dilegitimasi oleh wahyu ilahi. Kepribadian ini terbiasa menggunakan metode dzawq (rasa dan cinta) dan ‘ain al-bashirah (mata batin) yang menerima sesuatu sehingga ia merasa yakin dan tenang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar