Minggu, 03 Desember 2017

Peran Santri, dalam Kemajuan Global dengan Al-Quran

“Tekankan anak-anak (kita), untuk menggali kemajuan (global) dari Al-Quran”
-KH. Habib Lutfi bin Yahya-

Penggalan kutipan di atas, di ambil ketika pengajian pasanan di kediaman abah Lutfi dalam diskusi tafsir al-Quran. Kutipan tersebut tidak hanya sebatas jajaran kata belaka, kutipan yang penuh makna mendalam yang ditandaskan kepada kita kaum bersarung pembawa Al-Quran (khamlul Quran). Bentuk tanggung jawab besar dalam segi modernisasi pemahaman al-Quran yang diterima seluruh umat manusia, al-quran teks kebenaran mutlak kitab suci karya tangan Ilahi Rabbi.

Ini bukan main-main bagi kaum santri, ketika mereka menghina al-Quran sebagai kitab tanpa pengetahuan, kaum santrilah yang berada pada garda terdepan untuk membentenginya, dan sebagainya persoalan. Santri agen of rahmatan lil alamin, santri berperadaban, berpengalaman, berpengaruh besar, dan intelektualitas yang tiggi. Mungkin setitik ini, akan menjadi bahan baku (raw material) santri dalam penafsiran al-Quran untuk kemajuan global.

Kenyataannya, pengembaraan intelektual seringkali terhenti pada titik tafsir salafussalihin tanpa melanjutkan hingga titik tafsir kemajuan intelektual Amerika dan negara-negara maju lainnya. Krisis semangat ini perlu dibenahi langsung pada individual santri dan civitas academica pesantren. Individul santri dimulai dari kesadaran kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat modern untuk menjadi civil society, untung-untung masyarakat madani ala Rasulullah Saw. Pesantren harus ada pembenahan lebih progresif, mewadahi ilmu pengetahuan dengan bingkai pengetahuan salaf atau bisa dengan menyajikan kepada santri isu-isu global yang harus diselesaikan dengan konsep Islam.

“Tekankan anak-anak (kita)” kutipan ini menambah tugas rumah santri pada peran kemajuannya. Santri dituntut membangun generasi berperadaban, kuat dari tantangan zaman, ber-akhlakul karimah, berpribadi ruhaniah yang tinggi. Bagaimana bisa kita melukiskan lukisan dengan berdaya seni tinggi jika pelukisnya tanpa ada jiwa seni yang tinggi pula, bagaimana bisa kita membangun generasi yang berkualitas jika kita sendiri masih berkutat pada pertentangan khilafiyyah saja. Untuk itu, apa peran santri yang sebenarnya? Dimana ruang lingkupnya? Bagaimanakah santri berkemajuan global melalui larik-larik al-Quran?

Peran dan Tanggung jawab santri

Mengingat kembali seminar temu santri CSSMoRA di Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Trawas Mojokerto yang bertema ‘Mempertegas Peran Santri dalam Membangun Bangsa’, Prof. DR. Nur Syam, M.Si menegaskan terdapat tiga peran santri yang paling mendasar, yaitu peran akademis, peran sebagai umat Islam dan peran sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Tiga peran begitu penting untuk disadari oleh santri manapun, karena tigal hal tersebut akan selalu melekat pada santri di manapun tempatnya, yang akan dituntut pengaruhnya kapanpun.

Pertama, peran akademis, yaitu peran santri dalam lembaga pendidikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Perlu diketahui keduanya terdapat di dalam dua jalan yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula. Ilmu agama yang berawal dari otoritas tuhan dalam ajaran Islam , dan ilmu pengetahuan berawal dari otoritas Tuhan dalam realita hukum alam (sunnatullah) yang diwadahi oleh metodologi observasi faktual. Namun, akdemisi santri berada dalam dua sisi tersebut, membawa keduanya pada jalur dan niat yang sama supaya batas keduanya menjadi samar sebagaimana era para ilmuan Islam yang telah membangkitkan peradaban kemajuan Islam dengan kemajuan pengetahuan. Melalui semangat ketuhanan atau spiritualitas beragama mengikat pengetahuan pada jalur semestinya.

Kedua, peran santri sebagai umat Islam, umat Islam yang universal yang mampu berdikari sebagai ummatan wasathan (umat yang moderat) bukan ekstrimis, radikal-kriminalis, egoisme, dan sebagainya. Umat islam yang berpegang teguh dengan Iman (berkeyakinan kuat dan benar), Islam (taat beragama), dan Ihsan (umat moderat, berakhlakul karimah, dan spiritualitas ketuhanan yang tinggi). Islam kaffah-lah yang dirasa paling dekat dengan santri yang telah mendalam keagamannya, luar maupun batin. Musuh besar Islam yang perlu ditangani adalah nafsu manusia sendiri, santri diharap menjadi Hero (pahlawan) untuk dirinya dan umat Islam yang lain.

Ketiga, peran santri sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Sesungguhnya pondok pesantren sebagai institusi pendidikan paling tua di Nusantara. Santri dan Indonesia, Tokoh dan Bangsa, kader dan Negara, keduanya berkaitan dalam perjalanan sejarah Indonesia. Santri harus paham apa itu Indonesia, bagaimana masyarakatnya, apa saja problemnya. Santri dituntut sebagai warga Negara yang paling nasionalisme, patriot, fanatik berbangsa dan bernegara Indonesia.  Sebagaimana para  pahlawan jihad ketika resolusi jihad 10 November melawan kolonialisme dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI, bagi santri ‘NKRI harga MATI’.

Kemajuan global dengan al-Quran

Kemajuan di muka bumi ini sangat relatif, berbagai istilah muncul kemajuan Negara, kemajuan sosial, kemajuan jiwa, dan lain sebagainya. Kemajuan di sini mengarah pada kemajuan pengetahuan karena dirasa dengan ilmu pengetahuanlah global akan dapat berkembang dengan pesat.

Kemajuan atau peradaban global dipegang oleh pihak yang perpengetahuan tinggi. Dengan kepentingan tertentu mereka berambisi menguasai globalisasi dengan tangan ilmu pengetahuan. Kesadaran ini berpengaruh besar Rennaisans di mana kebebasan berpikir sanagt menunjang pesatnya pengetahuan. Kita umat Islam-khususnya santri- tidak seperti itu, kemajuan pengetahuan di dunia Islam murni karena Allah Swt, bukan kepentingan pribadi.
Mengutip dasar al-Quran yang fokus ilmu pengetahuan, Allah berfirman:

Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Q.S. Al-Baqarah [2]:255)

Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Q.S. Fathir [35]:14)

Mengajarkan kepadanya cara menyampaikan pandangan. (Q.S. al-Rahman [55]:4)
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tuli. (Q.S. al-Qalam [68]:1)

Ilmu, pengetahuan, karya, tulis, dan inovasi. Kutipan kecil di atas siratan firman Allah Swt. Untuk pembaca, pemikir, pengkaji, yakni santri. Santri berkompetensi luhur dipaksa merealisasikan penggalan ayat mulia tersebut, untuk kebaikan global dari Islam untuk global.

Kembali pada kemajuan, sebenarnya sekarang ini kemajuan global sudah pada puncak masanya yang akan terus berkembang hingga kiamat nanti, akan tetapi kemajuan sekarang ini bukan yang diharapkan Islam khususnya harapan al-Quran. Kemajuan yang masih dikendalikan barat, yang bukan dari spiritual-ukrawiyyah tapi nafsu dunyawiyyah.

‘Santri sebagai peran kemajuan global’ mungkin peran tambahan ini terlalu berat, segala hal dalam proses begitupun perkembangan santri masih melalui tahap-tahap untuk menggapainya. Ketika dunia barat berlari, santri telah dapat terbang, hidup yang penuh persaingan dan tantangan. Revolusi pendidikan santri dan paradigmanya harus berjalan lebih cepat, pengetahuan bahasa internasional perlu dikembangpesatkan, referensi kitab salaf bersanding manis dengan gadget dan laboratorium standar internasional, sudah saatnya ilmuan Islam kembali mengharumkan nama Islam kembali jaya. Wallahu A’lam.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar